Minggu, 13 Desember 2009

Pagi (by : teguh)

Hari ini aku buka mataku dengan semangat
Menghirup segarnya suasana pagi
Merasakan indahnya hari baru
Dalam hati yang bahagia

Rasa takut, cemas, dan bimbang
Seakan hilang dilalap ombak
Ketenangan yang sangat menyenangkan
Dikala mata masih terbengkalai

Waktu terus berlalu dan berlalu
Kubuka jendela kamarku
Kulihat sebuah cahaya keemasan
Sang surya akhirnya menampakkan dirinya

Ku tatap matahari pagi
Indah bagai sejuta mimpi
Menghangatkan bagai pelukan
Menemani bagai teman

Aku masih tertegun melihat indahnya matahari
Terbayang di benakku
Sungguh besar kekuasaan Allah
Yang telah mengatur dunia ini sedemikian rupa

Alone

Child of the wilderness
Born into emptiness
Learn to be lonely
Learn to find my way in the darkness
Who will be there for me
Comfort and care for me
Learn to be lonely
Learn to be my one companion
Never dreamed out the world
There are arms to hold??
I've always known
My heart was on it's own
So laugh in my loneliness
Child of the wilderness
Learn to lonely
Learn how to love life that is lived alone
Learn to be lonely
Life can be lived
Life can be love

Ikatan Tali Persahabatan

Apakah arti sahabat?
Bagaimana tali persahabatan terbentuk?
Apakah terjadi begitu saja?
Ratusan hari telah kita lalui bersama ..
Canda dan tawa telah menemani kita saat itu ..
Selama tali persahabatan masih tetap terikat erat ..
Maka kehangatan akan terjadi di antara kita ..
Dimana kita akan saling membutuhkan ..
Dimana kita akan saling tolong menolong ..
Dimana kita akan berbagi hari-hari kita bersama ..
Tapi mengapa?
Mengapa kau memutuskan tali persahabatan kita?
Bukankah sahabat sejati itu selalu saling memaafkan?
Aku telah meminta maaf di saat ku salah ..
Begitu juga aku memaafkan kau dengan tulus hati ..
Kau tahu ..
Betapa sakitnya di hianati seperti ini?
Baiklah, kalau begitu
Aku akan melupakan suka dan duka selama tali persahabatan kita
Masih terikat kencang ..
Dan aku hanya bisa berkata ..
T’rima kasih telah menemani hari-hari ku selama ini ..

Tanggung Jawab

Manusia diciptakan ALLAH S.W.T dalam bentuk yang paling sempurna diantara mahluk lainnya. Manusia diberi kelengkapan akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebut manusia bisa memikirkan tanda-tanda kebesaran ALLAH SWT. Bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang baik dan yang buruk. Oleh karena itu, semua kegiatan yang kita lakukan setiap saat akan dipertanggung jawabkan dihadapan ALLAH S.W.T nanti dihari kiamat sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut ini :

“Setiap manusia adalah pemimpin, dan setiap pemimpin diantara kamu akan diminta pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya.” (HR.BUKHARI)”.

Hadis diatas menjelaskan bahwa semua manusia merupakan pimpinan atau ra`in, yang kelak harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Mulai dari kepala Negara sampai kepala keluarga. Pegawai negeri maupun swasta, pemimpin besar maupun pemimpin kecil, pemimpin umat ataupun pemimpin masyarakat, semua bertanggung jawab atas kepemimpinannya.

Misalnya, seorang ayah harus bertanggung jawab kepada istri dan anaknya,dan seorang istri harus betanggung jawab kepada terhadap rumah tangganya . seorang anakpun bertanggung jawab kepada tugas-tugas dan kewajibannya kepada kedua orang tuanya maupun dirinya sendiri. Dengan begitu, semua manusia akan mempertanggung jawabkan semua amal perbuatannya, baik kepada sesama mansia atau terhadap Allah SWT. di hari kiamat kelak karena tanggung jawab adalah suatu keadaan wajib menanggung sesuatu (tuntutan).

Adapun bermacam macam tanggung jawab antara lain adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggun terhadap keluarga, tanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat, tanggung jawab terhadap agama, tanggung jawab terhadap bangsa dan negara, dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan.

A. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

Islam melarang berbuat merusak diri kita sendiri. Firman Allah SWT. menjelaskan larangan tersebut dalam surah Al-Baqoroh ayat 195 :

ﻮﺍﻨﻔﻘﻮﺍﻓﻲﺴﺑﻴﻠاﷲﻮﻻﺘﻠﻗﻮاﺑﺎﻴﺩﻴﻜﻢﺍﻠﯽاﻠﺘﺤﻠﻜﺔﻮﺍﺤﺴﻨﻮااﻦﺍﷲﻴﺤﺏﺍ

ﻠﻤﺤﺴﻧﻴﻦ﴿ﺍﻠﺒﻘﺮﺓ١٩٥﴾

Artinya :

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkandirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah, kerena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Agama Islam tidak membenarkan orang orang berbuat yang akan mencelakakan dirinya, sekalipun mungkin berguna bagi orang lain. Agama Islam juga tidak membenarkan perbuatan yang nampaknya baik/terpuji tetapi berpengaruh buruk pada dirinya sendiri.

Tanggung jawab terhadap diri sendiri diperintahkan oleh Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6 :

ﻴﺎﻴﺤﺎﺍﻠﺫﻴﻦﺍﻤﻨﻭﺍﻘﻮﺍﺍﻧﻓﺴﻛﻡﻭﺍﻫﻠﻴﻛﻡﻓﺎﺮﺍﻭﻗﻮﺩﻫﺎﺍﻠﻨﺎﺲﻮﺍﻟﺤﺠﺎﺮﺓ۰۰﴿ﺍﺘﺤﺮﻴﻢ٦﴾

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, pelihara dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...

Seorang muslim diharuskan mengutamakan diri nya sendiri dahulu untuk kebaikannya didunia sehingga terbebas dari bahaya, lebih-lebih marabahaya di akhirat yang berupa neraka. Tapi juga tidak boleh meninggalkan tanggung jawab terhadap orang lain dan keluarga.

B. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Dalam Surah At-Tahrim ayat 6, kita diperintahkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka. Orangmemiliki tanggung jawab untuk menjaga keluarganya terutama dari ancaman dan bahaya. Semua perbuatan akan di minta pertanggung jawabannya sebagaimana dalam Hadist, Rosulullah SAW bersabdah :

۰۰۰ﻜﻠﻜﻡﺮﺍﻉﻮﻜﻠﻜﻡﻤﺴﺌﻮﻞﻋﻦﺮﻋﻴﺗﻪ٠٠٠

Artinya :

.....Kamu sekalian masing-masing adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya...(HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar).

Tanggung jawab terhadap anakpun telah diperintahkan Nabi Muhammad SAW. dengan sabdahnya :

ﻮﺍﻦﻠﻮﻟﺪﻚﻋﻟﻴﻚﺤﻗﺎ٠

Artinya :

Dan sesungguhnya kewajiban atasmu terhadap anakmu.(HR Bukhori dari wahab bin Abdullah).

Tanggung jawab terhadap anak ialah membesarkan, mendidik, membimbing dan sebagainya. Kalau ada orang tua yang mengabaikan memberi nafka terhadap anaknya dan keluarga serta hidupnya, maka ia berdosa.

Orang tua wajib memenuhi kebutuhan anaknya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya terutama dalam makan dan minum. Islam juga memerintahkan untuk membimbing dan membina keluarganya mengerjakan sholat.

Demikianlah sebagian dari tanggung jawab seseorang terhadap keluarganya.

C. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Masyarakat

Manusia adalah mahuk sosial yang tak bisa hidup tanpa orang lain. Sebuah masyarakat terdiri dari pribadi- pribadi yang beragam. Ada yang memiliki tanggung jawab tingi dan ada juga yang tidak memiliki tanggung jawab. Islam mengajarkan agar selalu menjaga lingkungan masyarakat agar masyarakat tersebut dapat hidup tentram,damai, dan aman. Setiap orang diwajibkan untuk mengatasi kemungkaran (kejahatan) yang akan merusak lingkungan sesuai dengan kemampuannya dan menurut tata tertib yang ada. Sehingga jika ada yang berbuat maksiat akan mudah di selesaikan. Nabi Muhammad SAW. bersabdah :

ﻗﺎﻞﺭﺴﻮﺍﷲﺼﻟﯽﺍﷲﻋﺎﻴﻪﻮﺴﻟم׃ﻤﻥﺮﺍﯼﻣﻨﻜﻢﻣﻨﻜﺮﺍﻔﻟﻴﻐﻴﺮﻩ٬ﻔﺎﻥﻟﻡ

ﻴﺴﺗﻁﻊﻔﺒﻠﺴﺎﻧﻪﻔﺎﻦﻟﻢﺗﺴﺗﻁﻊﻓﺑﻗﻟﺑﻪﻮﺬﻟﻚﺍﺿﻌﻑﺍﻻﻴﻤﺎﻦ٠

Artinya :

Barang siapa diantara kamu ada yang melihat penyelewengan, munkar/maksiat, maka hendaknya ia mengubah atau memberantasnya dengan tangannya. Jika tidak mau, hendaknya dengan tutur katanya. Selanjutnya, jika ia tidak mampu, maka hendaklah dengan sikap batinnya. Yang sedemikian itu adalah selemah-lemah iman. (HR Bukhari dariAbi Said).

Dalam pergaulan kita memiliki tanggug jawab berusaha menghilangkan kemungkaran dan selalu melakukan perbuatan yang positif, misalkan bantu membantu dan bahu membahu dalam melakukan tindakan positif, serta bersikap saling merendah hati.

Dalam pergaulan sesama mu’min, Allah SWT. memerintahkan saling merendah hati dan tidak congkah. Dalam Surah Al-Hijr ayat 88 :

٠٠٠ﻮﺍﺠﻔﺾﺟﻨﺎﺤﻚﻟﻟﻤٶﻤﻨﻴﻮ٠﴿ﺍﻟﺤﺟﺮ٨٨﴾

Artinya :

.... Dan berenda hatilah kamu terhadap orang-orang beriman. (Al-Hijr 88).

Demikianlah betapa tingginya tuntunan Islam dalam membina kehidupan sosial. Betapa indahnya dan bahagianya apabila setiap pribadi muslim dapat mengamalkan tuntunan Allah SWT. dan rosulNya itu.

D. Tanggung Jawab terhadap Agama

Kemajuan dan perkembangan suatu agama tidak lepas dari peranan serta umatnya. Kita dapat mempelajari sejarah bahwa suatu bangsa yang mengikuti suatu agama malah menghambat perkembangan agama itu sendiri karena tidak ada tanggung jawab terhadap agamanya. Agama dapat menjadi lenyap pada masyarakat tersebut.

Karena itu, selayaknya umat beragama menjadi penyelamat dan penolong bagi agamanya sendiri. Beruntunglah kta sebagai umat Islam, kesadaran dan tanggung jawab bagi agama itu mendapat tempat penting dalam penyebaran agama tersebut. Bahkan diperintahkan oleh Allah SWT. dengan firmanNya :

ﻴﺎﻴﻬﺎﺍﻟﺫﻴﻦﺍﻤﻧﻭﺍﻜﻭﻧﻭﺍﺍﻨﺻﺎﺮﺍﷲ٠٠٠﴿ﺍﻟﺻﻑ١٤﴾

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong agama Allah...(QS Ash Shaf 14)

Menolong agama Allah, pada hakekatnya adalah untuk kepeningan diri dan umatNya, bukan untuk Allah, karena agama memang untuk kepentinagn umat manusia.

Bertanggung jawab terhadap agama dapat dilakukan dengan berbagai cara antaralain dengancara berda’wah, sebagaimana telah dilaksanakan oleh Rosulullah SAW. dan para sahabat. Landasannya ialah firman Allah SWT. :

ﺍﺪﻉﺍﻠﯽﺴﺑﻴﻞﺮﺑﻚﺑﺎﻠﺤﻛﻤﺔﻮﺍﻠﻤﻭﻋﻈﺔﺍﻠﺤﺴﻧﺔﻮﺠﺎﺪﻠﻬﻡﺒﺎﻠﺘﯽﻫﻴﻲﺍ

ﺤﺴﻦۗﺍﻦﺮﺑﻚﻫﻮﻋﻟﻡﺑﻤﻥﺼﻧﻞﻋﻦﺴﺑﻴﻟﻪﻮﻫﻮﺍﻋﻟﻢﺑﺎﻠﻤﻬﺗﺩﻴﻦ٠﴿ﺍﻨﺤﻞ١٢٥﴾

Artiya :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahiu tentang siapa yang tersesat di jalanNya dan Dialah yang lebik mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl 125).

Dalam ayat tersebut, orang yang berda’wah hendaknya menggunakan metode sebagai berikut :

1. Dengan hikmah ialah dengan cara yang bijaksana dan benar yang dapat membedakan yang hak dan yang bathil.

2. Dengan Mau’idhah (pengajaran) yang paling baik yang bisa diterima.

3. Dengan cara dialog(mujadalah) yang paling baik yaitu dengan tertib dan terarah.

Al-Qur’an dan Hadist Rosulullah SAW. banyak memerintahkan umat islam bertanggung jawab terhadap agamanya dengan menggunakan Jihad fii sabilillah yang maksudnya nenuangkan kemampuan dan kesempatan untuk menjadikan agama Allah SWT. bisa dihayati dan diamalkan dengan sebaik-baiknya.

Bertanggung jawab terhadap Agama bearti giat melakukan tindakan tindakan yang mendukung syiar dan pengamalan agama Islam.

E. Tanggung Jawab Terhadap Bangsa dan Negara

Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW. membentuk lingkungan masyarakat di Madinah. Lingkungan yang kecil itu akhirnya menjadi suatu tatanan politik dengan ibukota Madinah. Tatanan merupakan kebutuhan yang pokok dalam membina umat dan bangsa. Apabila tatanan politik itu baik dan menguntungkan, maka Islam disitu akan baik pula.

Oleh karena itu, setiap warga negara harus menyadari dan menginsyafi kedudukannya sebagai warga negara dan harus menyadari pula tanggung jawab yang harus dipikulnya sebagai mana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. dan para sahabatnya.

Kita sebagai warga negara Indonesia yang bedasarkan pancasila dan UUD 1945 seharusnya menginsyafi bahwa Negara Republik Indonesia lahir berkat perjuangan para pejuang pendahulu kita. Perjuangan yang sangat berat itu dilakukan karena mereka memiliki tanggung jawab yang besar terhada negara untuk melindungi negara dengan segenap jiwa dan raga dari semua jenis penjajahan. Perlu disadari bahwa perjuangan mereka bukan karena semata mata untuk mendapatkan kemerdekaan tapi juga untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kemakmuran.

Perjuangan mereka berhak dihargai dengan meneruskan cita cita mereka yaitu dengan memelihara keutuhan bangsa dan bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan baik berupa material ataupun spiritual.

Tanggung jawab sebagai warga negara yang baik terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut :

  1. Membayar pajak dengan tertib dan teratur.
  2. Menaati semua peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan wakil wakil rakyat yang didulung oleh DPR dan MPR.
  3. Menjaga nama baik bangsa dan negara di forum inter nasional.
  4. Ikut berperan aktif dalam pembangunan merata material spiritual bedasarkan Pancasila.
  5. Ikut serta melestarikan lingkungan yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT. terhadap manusia untuk menjaganya dan memeliharanya.
  6. Ikut berperan dalam membela tanah air dan menjaga kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Itulah sebagian cara yang dapat kita lakukan dalam melaksnakan tanggung jawab kita terhadap bangsa dan negara.

F. Tanggung Jawab Dalam Melaksanakan Tugas

Bekerja adalah bagian dari kehidupan. Bekerja itu ada berbagai macam, dari sekolah, belajar, menyapu, memasak, mengemudikan mobil, merawat pasien dan banyak lainnya. Sedangkan pekerjaan atau profese ada bermacam macam pula seperti pegawai negeri, pekerja swasta, buruh, dokter, insinyur, pengusaha dan masih banyak lainnya.

Islam telah mengajarkan kepada umatnya agar dalam mengerjakan suatu pekerjaan haruslah dilakukan dengan kerja keras baik dalam kepentingan dunia maupun akhirat. Hadist Nabi Muhammad SAW. berbunyi :

ﺍﻋﻤﻞﻟﺪﻧﻴﺎﻚﻜﺎﻨﻚﺘﻌﻴﺶﺍﺒﺪﺍ٬ﻮﺍﻋﻣﻞﻻﺠﺭﺗﻙﻜﺎﻨﻚﺗﻤﻭﺖﻏﺪﺍ٠

Artinya :

Bekerjalah kamu untuk urusan duniamu seolah olah kamu akan hidup selamanya, dan berbuatlah kamu untuk urusan akhiratmu seolah olah kamu akan mati esok hari. (HR Baihaqi).

Orang orang yang melakukan suatu pekerjaan kerena adanya ikatan debgan orang lain disebut pekerja. Pekerja yang baik adalah pekerja yang dapat melakukan pekerjaannya mendekati sempurna. Orang yang melakukan ikatan bearti ia telah melakukan pekerjaan. Menepati janji itu telah diperintahkan oleh Allah SWT. dalam firmanNya :

ﻴﺎﻴﺤﺎﺍﻟﺫﻴﻦﺍﻤﻴﻮﺍﺍﻮﻔﻭﺍﺒﺎﻠﻌﻗﻭﺪ٠٠٠﴿ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ١﴾

Artinya :

Hai orang orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu...(Al Maidah 1)

Melaksanakan pekerjaan bedasarkan rangka memenuhi janji, berarti telah melaksanakan perintah Allah SWT. dan haruslah dipenuhi oleh rasa tanggung jawab yang penuh dan hati yang ikhlas. Sebaliknya, orang-orang yang bermalas malasan bearti melalaikan perintah Allh SWT.

Nabi Muhammad SAW. mengajarka do’a agar terhindar dari sikap negatif termasuk bermalas-malasan.

ﺍﻠﻟﻬﻡﺍﻨﯽﺃﻋﻮﺬﺑﻚﻤﻦﺍﻟﻬﻡﻮﺍﻠﺟﺑﻦﻮﺍﻟﺑﺠﻧﻞﻮﺍﻟﻜﺴﻞ٠

Artinya :

Ya Allah, sungguh saya berlindung kepadaMu dari sempit hati, sedih, lemah, rasa takut, kikir dan malas. (HR Bukhari dan Muslim dari Anas).

Orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya akan senantiasa tekun dalam bekerja sekecil apapun pekerjaan itu. Tiada pekerjaan yang hina selain pekerjaan maksiat.


DAKWAH ROSULULLAH PERIODE MADINAH


SEJARAH DAKWAH ROSULULLAH SAW. PERIODE MADINAH


Nabi Muhammad SAW. sebelum menjadi rosul, telah dikenal sebagai pemuda yang berbudi luhur, bijaksana dan dapat dipercaya, sehingga orang-orang menjulukinya “Al-Amin”.
Dalam bberapa urusan, orang-orang arab menyerahkan kepercayaan kepada Rosulullah. Belia menyelesaikan masalah-masalah dengan cerdas dan bijaksana.
Tak lama kemudian Beliau Diangkat menjadi rosul setelah menerima wahyu pertamanya yaitu surah Al-Alaq ayat satu sampai lima.
Suatu ketika, Abu Sofyan ditanya oleh Hiraqli, seorang raja yang mendengar pengakuan seorang rosul, yaitu Muhammad. Beliau ingin mengetahui kepribadian orang yang mengaku menjadi utusan Allah itu. Hiraqli bertanya apakah Rosulullah itu seorang pembohong.
Abu Sofyan menjawab bahwa Rosulullah tidak pernah berbohong. Maka Hiraqli berkata bahwa apabila ia tidak biasa berdusta dalam hubungn antar manusia, maka ia pun lebih tak berani dberdusta dalam urusan yang berhubungan dengan Allah.
Pada awalnya Rosulullah SAW. Berdakwah dengan cara sembunyi-sembunyi. Pada saat itu ada beberapa orang yang masuk Islam. Pada langkah ini ada beberapa orang yang masuk ISLAM, yaitu Siti Khadijah (istri Nabi), Ali Bin Abu Tholib ( anak paman Nabi), dan Abu Bakar ( sahabat Nabi).
Selanjutnya menyusul pula yang lainnya Mereka disebut Assabiqunal Awalun ( orang-orang yang pertama masuk ISLAM ). Mereka adalah :
1. Usman Ibni Affan,
2. Zubair Ibnu Awwam,
3. Saad Ibnu Abu Waqas,
4. Abdur Rohman Ibnu Auf,
5. Thalha Ibnu Ubaidillah,
6. Abu Ubaidah Ibnu Jarah, dan
7. Al-Aqram Ibnu Abul Aqram.

Orang-orang inilah yang dibina Nabi sebagai kader muslim dalam partisipasi pengembangan islam selanjutnya. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan 3 tahun lamaya. Setelah itu, turunlah wahyu yang memeintahkan Nabi berdakwah secara terang-terangan, yaitu :

ﻓﺎﺼﺪﻉﺒﻤﺎﺘﺅﻤﺮﻮﺍﻋﺮﺾﻋﻦﺍﻠﻤﺸﺮﻜﻴﻦ﴿ﺍﻠﺤﺨﺮ׃۹٤﴾

“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” ( Q.S. Al-Hijr/15 : 94 )

Dengan turunya wahyu tersebut, Rosulullah SAW. mengajak semua orang tanpa terkecuali masuk ke dalam Islam. Walaupun mendapat banyak halangan dalam menyebarkan ajaran ISLAM, terutama dari kaum bangsawan seperti Abu Lahab, tetapi banyak orang yang mengikuti seruan Beliau.
Karena banyaknya rintangan yang menghadang, Rosulullah SAW mendapat wahyu yang memerintahkan Beliau untuk hijrah dan Rosulullah hijrah ke Madinah.
Rosulullah menjelaskan arti hijrah yaitu dalam sebuah hadis yang berbunyi :

ﺍﻠﻤﻬﺎﺠﺮﻤﻦﻫﺠﺮﻤﺎﺌﻬﯽﺍﷲﻋﻨﻪ﴿ﺮﻮﺍهﺍﻠﺒﺠﺎﺭﻱ﴾
“Orang orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah SWT.”(H.R Bukhori Muslim).
Arti lain dari hijrah ialah berpindah tempat dari negeri yang kafir karena umat islam mendapat banyak tekanan berat dalam menyebarkan agama Islam dan berpindah ke negara islam agar mendapat keamanan dan kebebasan berdakwah dan beribadah.

STRATEGI DAKWAH ROSULULLAH SAW. PERIODE MADINAH

Telah lama kaum muslimin Madinah menunggu datangnya Nabi Muhammad SAW. Akhirnya legalah perasaan mereka ketika mendengar Beliau telah sampai di Quba’. Oleh karena itu mereka mengadakan persiapan secukupnya.
Akhirnya tibalah apa yang mererka tunggu-tunggu selama ini. Nabi sampai pada hari jum’at, 12 Rabi’ul Awal pada tahun pertama hijrah ang bertepatan dengan 24 September 622 M.
Sebagian besar kaum muslim di madinah belum pernah melihat wajah Rosulullah, sehingga mereka berbondong-bondong melihat dari dekat.
Nabi Muhammad SAW. Tiba di Madinah dengan mengendarai seekor unta. Ketika untanya semakin mendekat dan wajah Beliau mulai terlihat, kaum muslimin Madinah berjejer di sisi kanan dan kiri jalan sedangkan para anak-anak menyanyikan syair yang terkenal, yaitu :

ﻤﻦﺜﻧﻴﺔﺍﻟﻮﺪﺍﻉ ـ ﻂﻟﻊﺍﻟﺒﺪﺮﻋﻠﻴﻦ

ﻤﺪﻋﺎﷲﺪﺍﻉ ﻮﺨﺐﺍﻠﺜ۔ﻠﺮﻋﻠﻴﻥ ـ

ﺟﺌﺖﺒﺎﻻﻤﺮﺍﻠﻤﻁﺎﻉ ـ ﺍﻳﻬﺎﺍﻠﻤﺒﻌﻭﺚﻓﻴﻥ

Telah terbit bulan purnama dari arah kampung Tsaniyatul Wada’i. Selama ada orang yang menyeru kepada Tuhan, wajiblah kami syukuri. Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau datang membawa ajaran yang kami taati.


1. Sholat Jum’at di padang Bani Salim

Kedatangan Rosulullah di madinah bertepatan dengan hari Jum’at. Ketika Nabi sampai di padang Bani Salim, di pinggiran kota Madinah, waktu Zuhur telah tiba. Maka turunlah Nabi dari unta dan bersama-sama kaum muslimin melakukan sholat Jum’at. Inilah sholat jum’at dan khotbah jum’at yang pertama kali dilakukan Nabi dalam sejarah perkembangan Islam.
Setelah selesai, Nabi kembali menaiki untanya dan memasuki kota Madinah. Setiap rumah kaum muslimin ingin mendapat kehormatan agar Nabi bermalam di rumah mereka.

2. Mendirikan Masjid di Madinah

Ketika pertama kali Rosulullah datang di kota Madinah ( dalam hijrahnya ) kaum Ansor mengajak beliau serta menawarkan rumah untuk istirahat. Namun Rosulullah Sholallahu Allaihi Wasalam menjawab “Biarkan jalan onta ini karena dia diperintah “. Setelah sampai ditanah milik kedua orang anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr dibawah asuhan Muadz bin Afro maka onta tersebut berhenti, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Al- Ansuri untuk tinggal dirumahnya. Setelah beberapa waktu disitu maka Nabi merencanakan akan mendirikan masjid diatas sebagian kebun milik As’ad bin Zuroroh, tanah milik kedua anak yatim tadi dan sebagian tanah kuburan musrikin yang telah rusak. Tanah milik kedua anak yatim tadi dibeli dengan harga sepuluh dinar dan yang membayarnya Abu Bakar.
Waktu membangun masjid Nabi meletakkan batu pertama selanjutnya oleh saaahabat Abu Bakar , Umar, Usman dan Ali, kemudian dikerjakan secara bersama-sama oleh para sahabat sampai selesai. Pagarnya dari batu tanah setinggi kurang lebih dua meter tiangnya dari batang kurma, atapnya dari pelepah pohon kurma,halaman masjid ditutup dengan batu kecil kiblatnya memghadap Baitul Maqdis, karena waktu itu belum turun perintah memghadap Baitullah.
Pintunya tiga buah yaitu pintu kanan, pintu kiri dan pintu belakang panjang masjid 70 hasta, lebar 60 hasta. Dengan demikian masjid itu sederhana sekali, tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan dimalam hari menggunakan pelepah kurma kering yang dibakar. Masjid itu dibuat pada tahun 1 hijriah.
Membangun masjid ini merupakan usaha pertama Rosulullah SAW. dalam membentuk masyarakat Islam Madinah.
Fungsi masjid di zaman Rosulullah SAW. adalah sebagai berikut :
1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah dan ahlak.
2. Masjid menjad sarana ibadah, seperti sholat.
3. Masjid menjadi temat belajar agama islam yang bersumberkan dari Al-qur’an dan Al-Hadish.
4. Masjid menjadi sarana tempat menyambung tali silaturahmi antara kaum muslimin.
5. Menjadikan masjid menjadi sarana sosial.
6. Rosulullah menjadikan masjid menjadi tempat bermusyawarah.
7. Tempat menyusun strategi perang.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar

Kaum muslimin di Madinah saat itu terdiri dari banyak suku. Ada yang berasal dari suku Quraisy di Mekah, ada juga yang termasuk dari suku Aus atau Khazraj di Madinah, dan masih banyak lainnya.
Sebelum Islam datang, orang-orang Arab hidup dalam persukuan dan terlalu fanatik terhadap sukunya masing-masing. Semenjak islam datang, Nabi beusaha mempersatukan kaum-kaum tersebut sehingga menjadi keluarga Islam. Nabi pun menyatukan kaum Mujahirin dan kaum Anshar dalam ikatan yang sangat kuat.
Di Madinah, Nabi mempersaudarakan Abu Bakar dengan Khuraisy bin Zubair, Ja’far bin Abu Tholib dengan Muaz bin Jabal, Umar bin khottob dengan Itban bin Malik Al-Khazraji, Usman Bin Affan dengan Aus Bin Tsabit, Abdurrohman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi, demikian seterusnya.
Dengan cara ini Rosulullah SAW. berhasil mempersatukan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar dan memperluas jaringan keluarga besar Islam.

4. Saling Membantu antara kaum Muslimin

Hubungan kaum Muhajirin dan kaum Anshar bener-benar sangat erat. Mereka saling membantu dan menolong. Kaum Muhajirin yang tidak mampu diberikan sepetak lahan untuk bertani dari kaum Anshar, ada pula yang memberikan modal untuk berdagang atau berkerja sama dalam mencari mata pencaharian. Sedangkan kaum Muhajirin yang pandai berdagang dapat meneruskan usaha kaum Anshar.
Terdapat pula kaum Muhajirin yang tidak mempunyai keluarga dan keadaannya miskin. Mereka tinggal di serambi masjid dan disebut “ Ahli Sufah ”.


TOLERANSI ISLAM TERHADAP KAUM YAHUDI SETEMPAT

1. Perjanjian dengan Kaum Yahudi

Kaum yahudi di Madinah tidak begitu banyak, tetapi Rosulullah SAW. telah menyadari pentingan membuat perjanjian damai dengan mereka. Mereka dianggap baik selama tidak mengganggu umat islam. Kemudian dibuatlah perjanjian dengan kaum yahudi yang berisi:
1. Bahwa orang Islam dan kaum yahudi harus hidup rukun dalam satu bangsa.
2. kedua belah pihak bebas menjalankan agamanya masing-masing dan tidak saling mengganggu.
3. Jika salah satu pihak diserang musuh, maka pihak lainnya harus membantu melawan musuh tersebut.
4. Apabila kota Madinah diserang musuh, maka kedua belah pihak harus mempertahankannya.
5. Kalau terjadi perselisihan, maka Nabi Muhammad SAW. lah yang menjadi hakim dan mendamaikan pihak tersebut.

Sejak lama, orang yahudi di Madinah terdiri dari 3 golongan, yaitu Bani Qainuka, Bani Nazir dan Bani Quraidah. Mereka lambat laun mulai tidak menghargai perjanjian yang telah mereka buat bersama kaum Muslimin. Oleh karena itu, mereka hendak menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW.

2. Toleransi Islam terhadap Agama Lain

a. Pengusiran Bani Qainuka
Tidak lama setelah kaum Muslimin mengadakan perjanjian damai dengan kaum yahudi, kaum yshudi mulai tidak menghirukan perjanjian itu. Mereka menunjukkan rasa benci terhadap kaum Muslimin. Awal peristiwa ini dimulai oleh Bani Qainuka.
Atas apa yang mereka perbuat, mereka berhak mendapatkan hukuman. Bani Qainuka diusir dari Madinah setelah terjadi perang Badar.

b. Pengusiran Bani Nazir
Setahun kemudia, Bani Nazir melakukan penghianatan terhadap Rosulullah SAW. yaitu dengan membunuh Beliau.
Mereka hendak melakukannya ketika Nabi dan para sahabat berkunjung ke kampung Bani Nazir kerena ada suatu keperluan. Karena atas pertolongan Allah SWT. maka Rosulullah SAW. selamat dari pembunuhan itu. Setelah perang Uhud, Bani Nazir di usir dari Madinah.

c. Hukuman terhadap Bani Quraidah
Hanya Bani quraidah yang tersisa di Madinah. Akan tetapi mereka jauh lebih jahat. Mereka bergabung dengan suku-suku arab yang sedang mengepung Madinah pada perang Ahzab. Pada perang ini, kaum Muslimin sangat menderita.
Pertama-tama, Rosulullah SAW. berusaha bersikap lunak terhadap Bani Quraidah. Beliau mengirim du utusan untuk berbicara dengan Bani Quraidah, akan tetapi, mereka ditolak dengan kasar.
Setelah kaum Muslimin terbebas dari kepungan, mereka balik mengepung Bani Quraidah. Akhirnya Bani Quraidah menyerah dengan syarat yang menghukum mereka adalah Saad bin Muaz. Persyaratan ini diterima oleh Rosulullah.
Saad bin Muaz memutuskan hukuman bunuh bagi yang laki-laki dan wanita dan anak-anak ditawan. Hukuman ini pantas bagi mereka mengingat kejamnya mereka ketika perang.
Sejak saat itu, tidak ada yang menghalangi umat Islam di Madinah untuk beribadah dan berdakwah.

Di Antara Kita Saling Membutuhkan Oleh: Parti S.


Seperti biasanya, matahari terbit dari timur dan mengeluarkan cahaya pagi yang begitu indah serta menunjukkan kebesaran Allah SWT. yang telah menciptakan alam semesta yang indah ini. Surnia tampak ceria pagi itu karena akan berpergian hari itu dengan Pak Seno, sopir pribadi ayahnya.

“Pak Seno, hati-hati, ya! Jaga Nia baik-baik,” pesan ibu Surnia sebelum berangkat. Surnia memang berhasrat sekali pergi ke desa menjemput Siti yang kabur dari rumahnya setelah tinggal bersamanya seminggu lamanya. Sebagai anak tunggal, ia membutuhkan teman untuk berbincang-bincang dan bertukar pikiran.

“Nia, nanti kalau Sti tidak ada di sana gimana?” kata Pak Seno dalam perjalanan.

“Mudah-mudahan ada. Ibu kemarin menerima surat dari paman Siti yang mengatakan anak itu pulang ke desa sendirian. Ya...kita hanya bisa berdo’a kepada Allah agar berita itu benar adanya,” kata Surnia.

“Oooooo.....begitu,” kata Pak Seno sambil mengangguk-angguk.

Desa tempat Siti cukup jauh dan jalannya naik turun serta berkelok- kelok. Pak Seno cukup lincah memainkan setirnya ketika berpapasan dengan bus yang sarat penumpang dan berjalan kencang. Ketika memasuki lorong perkampungan, mobil itu merangkak perlahan, Pak Seno mencoba mengamati lingkungan sekitar karena beberapa tahun lalu Pak Seno pernah mengantar Bik Inem ke desa itu pula. Bi Inem adalah pembantu yang telah puluhan tahun lamanya di rumah Surnia.

“Ini rumahnya, Nia” kataPak Seno menghentikan mobilnya di sebuah rumah tua yang berhalaman luas. Surnia tertegun beberapa jenak ketika berdiri di depan pintu rumah itu, ada perasaan baru menyelinap di hatinya.

“Assalammu’alikum,” sapa Surnia sambil mengetuk pintu rumah itu beberapa kali.

Keika pintu terbuka, tampaklah seorang anak perempuanyang sebaya dengan Surnia melihat dengan mata melotot tajam penuh rasa kebencian di hatinya.

“Nia, kenapa kamu datang kemari? Pulang dan nikmati kasih sayang emakku. Aku merasa lebih tenteram tinggal di sisi nenekku. Emak telah melupakanku dan lebih memenjakanmu karena kamu lebih cantik dan lebih pintar,” kata Siti dangan tenang.

Hati kurnia terguncang dan sedih mendengar perkataan Siti itu. Dari kata-kata itu Nia tahu kepergian Siti dari rumahnya karena emaknya, Bi Inem kurang memperhatikan Siti. Barangkali karena kesibukkan Bi inem menyebabkan semua ini terjadi.

“Siti maafkan aku. Sungguh aku tidak merebut kasih sayang emakmu. Aku yakin Bi Inem tidak bermaksud menyakitimu,” kata Surnia menjelaskan.

“Bohong! Karena ibumu sendiri selalu sibuk dengan urusannya maka kamu jadi manja dengan emakku, begitu,’kan?”

“Mungkin begitu, Siti. Tetapi aku merasa emakmu dan kamu telah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Diantara kita memang saling membutukan, Siti,” Ujar Surnia.

“Betul neng Siti. Apa yang dikatakan Surnia ini,” sahut Pak Seno menimpali pembicaraan kedua anak itu. “Neng, hidup di dunia ini harus saling tolong-menolong, hormat-menghormati, memberi dan menerima. Kan begitu?”

Siti terdiam, wajahnya menunduk dan terasa ada keharuan yang menyentuh hatinya. Siti sadar emaknya bekerja di kota agar dapat membiayainya sekolahnya dan menghidupi nenek yang sudah amat tua itu.

Siti, kedatanganku kemari disuruh ayah dan ibuku untuk menjemputmu. Mereka sangat mengharapkan kamu dapat tinggal bersama kami agar aku mendapat teman berbincang, ngobrol, bermain, dan bertukar pikiran. Bukankah kita sama-sama duduk di kelas enam?”

“Te,tet,tetapi...?” Siti tidak dapat meneruska kata-katanya karena perasaan harunya.

“Soal kepindahan sekolahmu ke kota, nanti ayah yang akan mengurusinya,” kata Surnia menjelaskan.

“Apa ayah dan ibumu tidak marah kepadaku?”

“Tidak. Orang tuaku sungguh bermaksud baik, tetapi hanya kamu yamu yang belum memahaminya. Nah sekarang, katakan pada nenekmu kalau aku menjemputmu. Kita berangkat sekarang mumpung hari belum siang!” ujar Surnia.